[Buku] I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki
Judul: I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki
Jenis: Non fiksi terjemahan
Penulis: Baek Se Hee
Penerbit: Penerbit Haru
Tebal: 236 halaman, 13x19 cm
Terbit: Agustus 2019
Hidup segan, mati tak mau. Kira-kira seperti itulah yang terlintas di benak saya waktu membaca judul buku ini. Kepingin mati, tapi kok sempat-sempatnya mikirin jajanan. Aslinya udah galau banget, tapi kurang motivasi untuk mati. Jadinya ya, terombang-ambing nggak jelas gitu.
Buku ini adalah esai tentang pengalaman pribadi penulis sebagai penderita Distimia atau depresi ringan berkepanjangan. Pengidap Distimia tidak punya masalah spesifik, tapi susah bahagia, seakan ada yang salah dengan hidup mereka. Isi buku didominasi transkrip dialog antara Baek Se Hee dengan psikiaternya.
Karena transkrip ini ditulis apa adanya, saya bisa membaca kekacauan pikiran Baek Se Hee saat melakukan konsultasi. Well, dia berbicara seperti orang yang tidak bermasalah, tapi topik pembicaraannya seringkali melebar ke mana-mana dan berputar-putar, bikin saya ikutan pusing menangkap inti dari tiap sesi konsultasinya. Bisa dimaklumi. Siapa sih, yang sanggup berpikir terstruktur pas lagi bermasalah? Meski kadang membingungkan, ada beberapa poin menarik yang bisa kita jadikan tips untuk lebih mencintai diri sendiri. Karena ketidakbahagiaan biasanya berangkat dari rasa tidak puas terhadap diri sendiri.
Tip favorit yang saya dapat dari buku ini. Daripada membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik membandingkan dengan diri sendiri di masa lalu. Tujuannya, untuk melihat seberapa jauh kemajuan yang kita capai. Saya semasa ABG tidak pernah menjadi diri sendiri, lebih tepatnya, tidak diijinkan menjadi diri sendiri. Jadi, saya versi ABG pasti senang melihat saya sekarang hidup sesuai keinginannya. Punya kucing, dikelilingi orang-orang yang suportif, bebas dari tuntutan lingkungan, dan mampu mengejar sukses versi diri sendiri.
#books #bookstagram #bookstagrammer #bookstagrammerindonesia #booksbooksbooks #booksofinstagram #booksofig #buku #novel
Jenis: Non fiksi terjemahan
Penulis: Baek Se Hee
Penerbit: Penerbit Haru
Tebal: 236 halaman, 13x19 cm
Terbit: Agustus 2019
Hidup segan, mati tak mau. Kira-kira seperti itulah yang terlintas di benak saya waktu membaca judul buku ini. Kepingin mati, tapi kok sempat-sempatnya mikirin jajanan. Aslinya udah galau banget, tapi kurang motivasi untuk mati. Jadinya ya, terombang-ambing nggak jelas gitu.
Buku ini adalah esai tentang pengalaman pribadi penulis sebagai penderita Distimia atau depresi ringan berkepanjangan. Pengidap Distimia tidak punya masalah spesifik, tapi susah bahagia, seakan ada yang salah dengan hidup mereka. Isi buku didominasi transkrip dialog antara Baek Se Hee dengan psikiaternya.
Karena transkrip ini ditulis apa adanya, saya bisa membaca kekacauan pikiran Baek Se Hee saat melakukan konsultasi. Well, dia berbicara seperti orang yang tidak bermasalah, tapi topik pembicaraannya seringkali melebar ke mana-mana dan berputar-putar, bikin saya ikutan pusing menangkap inti dari tiap sesi konsultasinya. Bisa dimaklumi. Siapa sih, yang sanggup berpikir terstruktur pas lagi bermasalah? Meski kadang membingungkan, ada beberapa poin menarik yang bisa kita jadikan tips untuk lebih mencintai diri sendiri. Karena ketidakbahagiaan biasanya berangkat dari rasa tidak puas terhadap diri sendiri.
Tip favorit yang saya dapat dari buku ini. Daripada membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik membandingkan dengan diri sendiri di masa lalu. Tujuannya, untuk melihat seberapa jauh kemajuan yang kita capai. Saya semasa ABG tidak pernah menjadi diri sendiri, lebih tepatnya, tidak diijinkan menjadi diri sendiri. Jadi, saya versi ABG pasti senang melihat saya sekarang hidup sesuai keinginannya. Punya kucing, dikelilingi orang-orang yang suportif, bebas dari tuntutan lingkungan, dan mampu mengejar sukses versi diri sendiri.
#books #bookstagram #bookstagrammer #bookstagrammerindonesia #booksbooksbooks #booksofinstagram #booksofig #buku #novel
Komentar
Posting Komentar